Beberapa bulan yang lalu, tanpa sengaja gw nemu di news
feed home fb gw, yaitu sebuah pict yang diambil dari sebuah buku cerita
bergambar untuk anak-anak, yang eeerrrr kata gw sih biasa aja pict nya, tapi
kalo kata yang posting pict tsb, itu adalah buku bergambar terburuk untuk
anak-anak. Seperti apa bukunya, yuk kita lihat
“Alfie’s home, huh? That is the worst children’s book ever!“
I don't think so
Don’t judge
the book by its cover. Katanya
kan gitu yeee. Tapi yang ini beda, orang-orang nge-judge buku ini buruk,
setelah mereka membaca isinya. Padahal kata gw cukup bagus lho.
Di rumah Alfie (Alfie adalah seorang anak, tokoh utama di
buku ini), dari luar tampak layaknya seperti rumah tangga dan keluarga biasa.
Keluarga yang bahagia. Namun, si Alfie nya sendiri sebenarnya tidak bahagia.
Ayahnya sibuk bekerja dan sering memarahi si Alfie dengan suara volumenya yang
sangat kencang dan perkataan yang nggak enak. Kedua orang tuanya sering
bertengkar, dan saudara-saudara nya. . . well, Alfie kayaknya nggak punya
saudara. Sampe halaman terakhir, nggak ada ngungkit-ngungkit kakaknya. Berarti
Alfie anak tunggal
Dan di sisi lain, ibunya si Alfie ini, malah menyiksa
(baca: menambah beban) pikiran si Alfie, dengan cara memberi tahu Alfie tentang
masalahnya dan masalah ayahnya. Padahal seharusnya, si ibu ini melindungi Alfie
jika tahu Alfie sering dimarahin oleh ayahnya. Itu membuat Alfie depresi, dan
berharap bahwa ayahnya menghabiskan waktu bersama dengan keluarga se-efisien
mungkin, daripada pas ketemu anaknya, si anaknya di marah-marahin melulu.
Dan jreeeeeng bagian ini nih, yang bikin kontroversi woakoakoak
=))))
Di situ diperlihatkan, bahwa pamannya yang bernama Pete,
om om homok pedobear. Tatap deh mata si Uncle Pete woakoakoak xDDDD
Di situ Alfie di grepe-grepe dan di *beeeep oleh si uncle
Pete. Nah, justru pesan moralnya di sini nih, kalo si anak udah dikasih
pengetahuan yang begini dan yang beginian itu termasuk kriminal. Sebaiknya
orang tua memberi pendidikan seks (dalam arti positif lho ya ) ke seorang anak.
Misalnya, “normalnya, orang lain nggak akan menyentuhmu di bagian anu lho nak.
Kalo ada yang nyentuh bagian anu mu, jangan boleh, kamu lari dan lapor ke kami
mamah papahmu“. Hati-hati, di luar sana banyak pedobear yang
berkeliaraaaannn!!!! :v
Di halaman selanjutnya, kedua orang tua Alfie masih saja
bertengkar, yang bikin Alfie mikir sedih “jangan-jangan mereka bertengkar
karena aku?“
Sedangkan Alfie nya sendiri, mungkin karena dia suram
atau karena sering digrepe grepe oleh Uncle Pete, mungkin dia kelihatan agak
feminine, di lingkungannya sekitar, oleh teman-temannya, si Alfie diledekkin
faggot, sissy, queer dsb. Hmmm kata gw sih, part yang ini gw kurang begitu
suka, di situ bisa bikin anak-anak kecil mengenal istilah-istilah jahanam
seperti itu K
Kemudian, pada suatu ketika, Alfie bertemu dengan seorang
psikolog. Dia menjelaskan, yang pamannya lakukan ke Alfie itu tidak baik.
Pamannya memanfaatkan Alfie dan meng-grepe-grepe Alfie yang merindukan kasih
sayang dari ayahnya
Alfie pun lega. Dan si psikolog ini membantu Alfie dengan
cara memberi tahu kedua ortunya bahwa Alfie benar-benar membutuhkan kasih
sayang dari kedua orang tuanya. Di situ juga ada kalimat “he said he would also
contact Uncle Pete and make sure he got
help“ mungkin maksudnya melaporkan paman Pete ke polisi juga untuk ditindak
lanjuti .__.
Di halaman selanjutnya, digambarkan bahwa kedua orang
tuanya sekarang harmonis kembali. Dan Uncle Pete meminta maaf ke Alfie
Happy ending deh. Wkwkwkwk.
Kalo di luar negeri, pendidikan seks udah diajarkan sejak
dini. Tapi secara positif nya lo ya. Hmmm. . . . mungkin karena di Indonesia
masih tabu, jadi pada heboh begitu. Apalagi nyerempet-nyerempet ke LGBT begini
.___.
Dan seandainya buku ini adalah route visual novel,
mungkin gw tambahin, seandainya waktu itu kedua ortunya bercerai, apa selamanya
Alfie akan menanggung tekanan batin?
P.s: sorry bray, gw kagak nemu soft copy yang berbentuk
.pdf nya
Kalo mau di save, save image as dari blog ini aja yeee
ehehehe J)