Dari rahim seorang ibu
Lahirlah aku sebagai anak laki-laki
Seandainya saja aku bisa
Bukan tangisan seorang bayi yang akan aku
perdengarkan
Tetapi aku berteriak kegirangan
Karena aku tidak terlahir sebagai perempuan
Aku beruntung terlahir sebagai seorang
laki-laki,
Karena sebagian dari kaumku beranggapan bahwa
Selingkuh adalah haknya kaum lelaki
Selingkuh bagi kaum lelaki adalah sesuatu
yang wajar
Selingkuh bagi kaum lelaki adalah sesuatu
yang dapat dibenarkan
Aku beruntung karena terlahir sebagai seorang
laki-laki,
Karena pada saat aku bercumbu rayu dengan
wanita lain
Isteriku di rumah disibukkan dengan tugasnya
sebagai ibu rumah tangga
Mencuci pakaian kotor biar senantiasa bersih
Memasak masakan yang lezat
Menjaga anak-anak biar selalu sehat
Merawat dan merapihkan rumah
Semua dilakukannya dengan segenap perasaan
cinta
Semata-mata agar aku betah dan nyaman tinggal
di rumah
Aku beruntung karena terlahir sebagai seorang
laki-laki,
Karena sebagai seorang laki-laki
Aku dapat berselingkuh tanpa disertai
perasaan bersalah
Toh , hal ini ada sejak peradaban manusia
dimulai
Jauh sebelum aku terlahir di bumi ini
Aku beruntung karena terlahir sebagai seorang
laki-laki,
Karena aku tidak akan pernah merasakan
kepedihan dan kekecewaan
Yang dialami seorang perempuan menghadapi
perselingkuhan seseorang
Yang semula diharapkan mampu memberikan
kebahagiaan baginya
Sampai ajal menjelang
Aku beruntung karena terlahir sebagai seorang
laki-laki,
Karena aku tidak akan pernah merasakan
kemarahan seorang perempuan
Atas ketidak adilan ini
Tapi,
Bagaimana jika terjadi aku terlahir sebagai
perempuan?
Masih mampukan aku beranggapan bahwa
selingkuh bagi kaum lelaki
Adalah sesuatu yang wajar?
Sesuatu yang dapat dibenarkan ?
Apakah aku masih mampu berkata inilah yang
namanya keadilan ?
Ah . . . .
Sungguh suatu pertanyaan yang sangat
menakutkan
No comments:
Post a Comment